Jumat, 28 Oktober 2011

Menelisik Remang-remang Kehidupan Malam di Kota Malang

58512439525309662405

DUNIA remang-remang di Kota Malang ini, tak akan pernah mati. Segala sesuatunya mudah diselesaikan diatas ranjang. Sejumlah jenis pekerjaan bahkan sangat dekat dengan praktik prostitusi tertutup. Bagaimana sebenarnya kehidupan malam di kota ini? Tim Malang Post mencoba menelusuri kehidupan sejumlah pekerjaan yang dekat dengan pemuas syahwat.

Dalam sebuah room di suatu karaoke keluarga di kawasan jantung kota, malam akhir pekan lalu, Chintya, Dewi dan Maya (tiganya nama samaran) menemani tim Malang Post. Sejak awal, nyanyi bergantian, layaknya orang sedang menikmati karaoke.
Chintya, wanita 24 tahun dan dua temannya yang seusia itu adalah purel. Sepintas mereka bukan wanita sembarangan. Dari gaya bicara, tingkah dalam room sampai berbusana, wanita sawo matang itu seolah menegaskan dirinya adalah wanita yang tak bisa diajak pergi selain berkaraoke. Apalagi malam itu ketiganya berbusana feminim. Roknya panjang melebihi lutut. Dandan pun tak mencolok.
Dalam room, Chintya, warga Sawojajar ini jauh dari kesan menggoda. Tapi ia suka melepas senyum. Bersama tamunya, dia lebih memilih berdendang layaknya menikmati lagu-lagu yang sedang dinyanyikan. Sesekali ia berdiri, berkali-kali matanya memejam seperti larut dalam lagu.

Baca selengkapnya »

Indramayu : salah satu daerah penghasil Wanita Penghibur

106

PULUHAN warung malam remang-remang bertebaran di Desa Cangkingan, Kecamatan Karangampel, Indramayu, Jawa Barat. Di depan warung rata-rata berukuran 3 x 5 meter, terpacak panggung kecil, tempat berjoget dengan iringan musik tape recorder. Warung ini juga memajang gadis-gadis belia berparas ayu, berusia 13 hingga 15 tahun. Sebagian besar diantara mereka mengaku masih duduk di bangku SLTP. Malah ada yang bilang masih SD kelas VI. Perawan cilik ini menemani minum bir lelaki pengunjung warung, dan berjoget "goyang dombret" hingga larut malam. Meski usia masih sangat belia, cewek-cewek ini lihai merayu tamunya agar minum sampai teler, lalu mengucurkan tips dalam jumlah besar. Walau demikian, mereka menolak diajak ngamar. "Pekerjaan saya hanya menemani minum dan berjoget," kata Cicih gadis kencur berumur 14 tahun. Warung malam Desa Cangkingan inilah yang disebut sebagai tempat magang gadis Indramayu untuk menjadi wanita penghibur profesional di kota besar, hingga ke luar negeri. Sudah menjadi pengetahuan umum, selama ini Indramayu dikenal sebagai pemasok wanita cantik ke Jakarta. Bahkan, Coalition Against Trafficking in Women,

Baca selengkapnya »