Menelisik Remang-remang Kehidupan Malam di Kota Malang
DUNIA remang-remang di Kota Malang ini, tak akan pernah mati. Segala sesuatunya mudah diselesaikan diatas ranjang. Sejumlah jenis pekerjaan bahkan sangat dekat dengan praktik prostitusi tertutup. Bagaimana sebenarnya kehidupan malam di kota ini? Tim Malang Post mencoba menelusuri kehidupan sejumlah pekerjaan yang dekat dengan pemuas syahwat.
Dalam sebuah room di suatu karaoke keluarga di kawasan jantung kota, malam akhir pekan lalu, Chintya, Dewi dan Maya (tiganya nama samaran) menemani tim Malang Post. Sejak awal, nyanyi bergantian, layaknya orang sedang menikmati karaoke.
Chintya, wanita 24 tahun dan dua temannya yang seusia itu adalah purel. Sepintas mereka bukan wanita sembarangan. Dari gaya bicara, tingkah dalam room sampai berbusana, wanita sawo matang itu seolah menegaskan dirinya adalah wanita yang tak bisa diajak pergi selain berkaraoke. Apalagi malam itu ketiganya berbusana feminim. Roknya panjang melebihi lutut. Dandan pun tak mencolok.
Dalam room, Chintya, warga Sawojajar ini jauh dari kesan menggoda. Tapi ia suka melepas senyum. Bersama tamunya, dia lebih memilih berdendang layaknya menikmati lagu-lagu yang sedang dinyanyikan. Sesekali ia berdiri, berkali-kali matanya memejam seperti larut dalam lagu.